Kamis, 16 Juni 2011

Siti Khadijah

Khadijah binti Khuwailid ibnu Asad ibnu Abdil Uzza ibnu Qushay. Beliau di juluki Ath-thohirah, yang berarti bersih dan suci. Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung. Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena  itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya. 

Setelah bercerai dengan suami yang pertama, banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan Beliau untuk dijadikan istri, tetapi, Khadijah lebih memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga sibuk mengurusi perniagaan yang kemudian dari hasil usaha yang di kelolanya, Beliau menjadi seorang yang  kaya.

Kepandaian dan kejelian Beliau, kemudian Beliau menawarkan Muhammad yang pada saat itu belumlah diangkat menjadi Nabi, untuk menjual dagangannya. Kejujuran dan sikap profesional yang di miliki Muhammad dalam berdagang, membuat kekayaan Khadijah semakin bertambah banyak.

Khadijah memiliki wajah yang cantik, berasal dari keturunan yang terhormat, memiliki martabat karena kepandaian dan kecerdasaanya, dan ia juga adalah wanita yang kaya raya. Maka tidaklah mengherankan dengan kondisi yang demikian itu semakin banyak para pemuka Quraisy yang terhormat dan kaya raya ingin menjadikan Khadijah sebagai istri.

Singkat cerita, semua tawaran tersebut ditolak oleh khadijah, karena hatinya telah tertambat pada pribadi yang terpercaya, jujur, profesional dalam bekerja, dan memiliki akhlaq yang mulia, ia adalah Muhammad. Dan Allah mentakdirkan mereka untuk menikah, walaupun pada waktu itu, umur Khadijah yang telah sampai di usia 40 Tahun kecantikannya tetap mempesona Muhammad yang berumur 25 tahun.

Khadijah adalah sosok wanita pilihan yang Allah amanahkan untuk mendampingi Muhammad dalam menjalani tugasnya sebagai Rasul Allah. 

Salah satu hikmah yang bisa kita petik dari kisah hidup khadijah, adalah keuletannya, kesungguhannya, kecerdasan dan ketelitiannya dalam menjalankan usaha perdagangan. Tetapi, semua usahanya itu tidaklah ia jadikan semata-mata untuk kesenangan yang bersifat keduniawian semata. Sebagaimana sabda Rasulullah, Khadijah dengan rela memberikan hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah. Dan hal itu, Beliau lakukan sampai ajal menjemputnya.

***

Kisah Cinta Rasulullah kepada Siti Khadijah

Cinta sejati dan kesetiaan mencintai diukur setelah perkawinan, bahkan lebih terbukti setelah kepergian yang dicintai.

Kendati Nabi Muhammad saw. sangat mencintai Aisyah r.a., namun cinta Beliau kepada Siti Khadijah r.a. pada hakekatnya melebihi cintanya Beliau kepada Aisyah r.a., bahkan cinta itu melebihi semua cinta yang dikenal umat manusia terhadap lawan jenisnya.

Sementara hikayat tentang cinta, seperti Romeo dan Juliet, Lailah dan Majnun, tidak teruji melalui kehidupan bersama mereka sebagai suami istri. Karena itu, sekali lagi dikatakan bahwa cinta Rasulullah saw. kepada Khadijah r.a. adalah puncak cinta yang diperankan oleh seorang laki-laki kepada perempuan dan sebaliknya. 

Sangat besar rasa cinta Rasulullah kepada Khadijah, sampai-sampai Aisyah mengatakan dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim, "Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah."
Maka aku pun berkata kepadanya, "Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah!"
Maka berkatalah Rasulullah, "Ya, begitulah ia, dan darinyalah aku mendapatkan anak."

Dalam suatu riwayat dikisahkan, suatu saat Aisyah merasa cemburu, lalu berkata, "Bukankah ia (Khadijah) hanya seorang wanita tua dan Allah telah memberi gantinya untukmu yang lebih baik darinya? (maksud Aisyah yang menggatikan Khadijah adalah dirinya). Maka Belaiu pun marah sampai berguncang rambut depannya. Lalu Beliau bersabda, "Demi Allah! Ia tidak memberikan ganti untukku yang lebih baik darinya. Khadijah telah beriman kepadaku ketika orang-orang masih kufur, ia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, ia memberikan hartanya kepadaku ketika manusia lain tidak mau memberiku, dan Allah memberikan kepadaku anak darinya dan tidak memberiku anak dari yang lain."
Maka aku berkata dalam hati, "Demi Allah, aku tidak akan lagi menyebut Khadijah dengan sesuatu yang buruk selama-lamanya."

Ketika Aisyah ingin menampakkan kelebihannya atas Khadijah, ia berkata kepada Fatimah r.a., putri Nabi dari Khadijah r.a.: "Aku gadis ketika dinikahi ayahmu sedang ibumu adalah janda ketika dinikahi ayahmu.” Rasul saw. yang mendengar ucapan ini dari putrinya yang mengeluh bersabda: "Sampaikanlah kepadanya ‘Ibuku (maksudnya Khadijah r.a.) lebih hebat dari engkau, Beliau menikahi ayahku yang jejaka, sedang engkau menikahinya saat beliau duda."

Disamping itu Rasulullah tidak memadu Khadijah dengan wanita lain, sedang semua istri selainnya dimadu.
Teman-teman Khadiijah pun masih di ingat oleh Rasul dan berpesan kepada putri-putri Beliau agar terus menjalin hubungan kasih dengan mengirimkan hadiah-walau sederhana- kepada mereka.

Ketika Fath Makkah, yakni hari keberhasilan Rasulullah saw. memasuki kota Mekkah bersama kaum Muslim, beliau berkunjung ke lokasi rumah Khadijah r.a., karena rumah itu sendiri telah tiada. Beliau juga-pada hari itu- menyendiri, di tengah kesibukan bersama pasukan kaum Muslim, dengan seorang wanita tua sambil bercakap-cakap dengan wajah berseri-seri. Aisyah ra yang melihat hal tersebut bertanya: "Siapa orang itu dan apa yang dibicarakannya?" Ternyata wanita tua itu sobat karib Khadijah r.a. dan pembicaraan Nabi saw. dengannya berkisar pada kenangan manis masa lalu bersama Khadijah.

Gerak langkah suara dan ketukan pintu yang biasa dilakukan Khadijah r.a. pun terus segar dalam benak dan pikiran Beliau. Suatu ketika Beliau mendengar ketukan dan suara serupa. Beliau berkomentar: "Ini cara ketukan Khadijah. Saya duga yang datang adalah Hala ( saudara perempuan Khadijah r.a.) dan ternyata dugaan Beliau benar.

Demikianlah keagungan cinta Rasulullah saw. kepada Khadijah r.a. yang akan tetap terukir indah sepajang zaman.

Tidak ada komentar: