Jumat, 08 April 2011

Sejarah Azan sebagai Tanda Waktu Masuk Shalat

Mungkin sebagian orang telah mengetahui kisah ini. Tapi, aku hanya ingin mempostkannya kembali diblogku ini. :)

      Suatu ketika Rasulullah Saw sedang bermusyawarah dengan para sahabat. Mencari jalan keluar bagaimana caranya mengumpulkan orang-orang untuk shalat jamaah. Karena, saat itu rasanya tidak mungkin jika semua orang dikerahkan untuk memanggil umat Islam satu persatu. Dalam musyawarah itu, para sahabat pun mengajukan pendapatnya masing-masing. Diantara mereka ada yang mengusulkan dengan cara mengibarkan bendera jika waktu shalat telah tiba. Dengan cara ini, diharapkan seseorang yang melihat bendera dapat mengabarkan pada yang lain. Dan begitu seterusnya hingga semua orang akhirnya tahu bahwa waktu shalat telah tiba dan berkumpul untuk jamaah. Namun usulan ini tidak diterima - baik oleh Rasulullah Saw atau dikalangan para sahabat lain - dengan alasan tidak cocok. Dan ketika itu, sebenarnya banyak usulan lain - tidak hanya dengan mengibarkan bendera saja. Sahabat lain ada yang mengusulkan dengan suara terompet dan tanduk. Tapi ternyata hal ini tidak membuat Rasulullah Saw tertarik untuk menerimanya, beliau berkata, "hal itu sama dengan yang dilakukan oleh Yahudi." Kemudian diusulkan lagi dengan lonceng, Rasululah Saw menjawab, "Kalau itu mirip dengan orang Nasrani." Dan ada juga yang mengusulkan agar waktu shalat ditandai dengan cara menghidupkan api.
       Namun semua usulan tadi kandas, tidak sesuai dengan yang dikehendaki Rasulullah Saw. Hingga akhirnya beliau mengambil keputusan sendiri dan menganjurkan dua khabasyah [kentongan yang terbuat dari kayu] dibentur-benturkan untuk dijadikan tanda waktu shalat. Musyawarah pun selesai, dan sahabat satu persatu membubarkan diri. Sambil tetap berpikir, apa yang terbaik untuk dijadikan tanda tibanya waktu shalat. Diantara para sahabat itu adalah Abdullah bin Zaid yang juga serius memikirkan masalah ini. Hingga pada malam harinya apa yang menjadi beban pikiran Abdullah bin Zaid terjawab. Karena ia bermimpi tentang sesuatu yang unik dan menakjubkan. Dan pagi harinya ia menyampaikan mimpi itu pada Rasulullah Saw, dan berkata, "Wahai Rasulullah Saw, di antara tidur dan terjaga aku didatangi seseorang dan menunjukkan padaku azan. Dalam mimpi itu aku melihat seorang lelaki sedang membawa kentongan kemudian aku bertanya, 'Apakah kamu menjual kentongan?' Lelaki itu menjawab, 'Akan kau pergunakan apa kentongan?' Aku pun [Abdullah bin Zaid] menjawab, 'Untuk memanggil orang mengerjakan shalat.' Lelaki itu bertanya lagi, ' Apakah kamu mau saya tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari itu?' Aku pun menjawab, 'Baiklah.'"
         Mendengar penjelasan Abdullah bin Zaid, Rasulullah Saw menanggapi hal itu dengan serius kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya mimpimu itu adalah benar. oleh sebab itu, berdirilah dengan Bilal karena dia lebih indah dan lebih tinggi suaranya daripada kamu. [caranya] Kamu menyampaikan pada Bilal apa yang kamu ketahui dari mimpimu dan Bilal yang mengumandangkan."
Dan akhirnya azan dikumandangkan, beberapa saat setelah Bilal mengumandangkan azan, Umar bin Al-Khaththab datang dengan buru-buru sambil menjinjing jubah yang dipakainya sambil berkata, "Wahai Rasulullah Saw, demi Zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku sebelumnya telah bermimpi [mendengar suara] yang sama seperti yang dikumadangkan Bilal." Kemudian Rasulullah Saw menjawab, "Segala puji bagi Allah, ini akan lebih meyakinkan." Sebenarnya Umar bin Al-Khaththab sudah bermimpi dua puluh hari dahulu sebelum Abdullah bin Zaid. Tetapi ia diam saja dan tidak berani mengutarakan pada Rasulullah Saw. Sehingga beliau bertanya, "Kenapa kamu tidak memberitahukan hal itu padaku [padahal kamu sudah lama memimpikannya]?" Umar bin Al-Khaththab menjawab, "Abdullah bin Zaid telah lebih dahulu menyampaikannya dan akupun merasa enggan [malu]."
Dan akhirnya azan ditetapkan Rasulullah Saw sebagai tanda waktu masuk shalat.

Tidak ada komentar: